Sabtu, 25 April 2009

KUMPULAN PUISI

Aisyah Adinda Kita

Diposting oleh Samsurijal

Aisyah adinda kita yang sopan dan jelita
Angka SMP dan SMA sembilang rata – rata
Pandai mengarang dan berorganisasi
Mulai Muharram satu empat nol satu
Memakai jilbab menutup rambutnya
Busana muslimah amat pantasnya


Aisyah adinda kita yang sopan dan jelita
Indeks prestasi tertinggi tiga tahun lamanya
Calon insinyur dan bintang kampus
Bulan Muharram satu empat nol empat
Tetap berjilbab menutup rambutnya
Busana muslimah amat pantasnya

Aisyah adinda kita
Tidak banyak dia berkata
Dia memberi contoh saja

Ada sepuluh Aisyah berbusana muslimah
Ada seratus Aisyah berbusana muslimah
Ada sejuta Aisyah berbusana muslimah
Ada sejuta Aisyah
Aisyah adinda kita.

Oleh Taufiq Ismail 1984
-dinyanyikan Himpunan Musik Bimbo-


Kerinduan di bawah Hujan

Diposting oleh Samsurijal di beranda

Tetesan – tetesan hujan
Jatuh tak tertahankan
Dari ketinggian yang sempurna
Di atas taman – taman
Para pemilik rindu
Kehangatan sentuhannya.

Kurasakan tetesan itu
Satu persatu menusuk kulit
Hingga hawa dingin
Menembus tulang
Saat aku pergi
Menemui rinduku, jauh di sana
Terpisahkan pandangan
Lebatnya hujan.

Aku tak peduli
Badai ini harus ku lalui
Karena hasrat melampaui
lebatnya hujan
walau ku harus tenggelam
beku di dalamnya

ini rinduku padamu
saat hujan sore itu.
Aku datang padamu
Seakan dirimu tahu
Aku rindu dan rindu
Pada dirimu dan dirimu

Secangkir teh kau seduhkan
Hangatkan dinginnya hujan
Seuntai perhatian kau suguhkan
Dengan senyumanmu yang manis

Hanya Tuhan yang mampu
Menciptakan suasana ini

Aku dan dirimu hanya butiran pasir
Di dalam pasir waktu
Yang menanti hujan redah
Hingga rindu itu kembali hadir
Dan terus hadir
Sampai tak ada lagi
Air yang menetes
Dari ketinggian yang sempurna

Berapa Lama Lagi?

Diposting oleh Samsurijal di beranda

Yaa Rabb,
Aku mencintainya
Semenjak aku belum paham
Cinta yang sesungguhnya

Yaa Rabb,
Ampunilah aku
Jika ku telah salah
Mencinta dirinya
Gadis yang sempurna bagiku
Walau kesempurnaan itu
Belum ku tahu batasnya

Yaa Rabb,
Berapa lama lagi ku harus menunggu?
Hingga ikrar bisa ku ucapkan
Di hadapan imam
Tuk menyanding hatinya
Memiliki seutuhnya.

Hanya sebuah Jam Tangan

Diposting oleh Samsurijal di beranda

Itu hanya sebuah jam tangan biasa. Dengan warna perak putih dengan enam permata hijau berbentuk hati, bukan asli. Dapat kamu rawat selama kamu ingin. Dapat kamu pakai selama tak usang. Jika sudah usang, simpan saja.

Itu hanya sebuah penunjuk waktu. Walaupun dia tak dapat terus menunjukkan waktu. Suatu saat ia akan berhenti dan itu tak menghentikan waktu. Seperti nafas yang terhenti tapi tak mampu menghentikan kehidupan. Kecuali kiamat.

Itu hanya sebuah symbol dariku. Kalau waktu itu penting, tak mesti tersia – siakan dan terbuang percuma karena tak ada waktu yang mampu kembali. Kita pun tak dapat menariknya kembali. Meski diriku ingin kembali, seperti saat kita masih kanak – kanak, ada cinta dan cita – cita di dalamnya, antara kita. Itu dulu.

Jam terus berdetak, entah kapan tak terdengar lagi. Kita pun ada di sini dan aku mempertanyakan cinta yang dulu. Seperti apakah sekarang, dirimu cinta masa kecilku? Jika cinta yang dulu tak ada lagi di situ, di dalam hatimu untukku. Itu tak membuat cintaku pergi begitu saja bersama waktu yang terus beranjak. Meninggalkan cerita dan kenangan. Aku menulisnya.

Aku sebuah Peran

Diposting oleh Samsurijal di beranda

Aku menulisnya kala ku tak sadar dia datang. Menyapa sepiku, mengusik tidurku sampai aku terpejam kembali, lagi dan lagi. Hingga aku tersadar dari mimpi yang menghanyutkanku dalam tidur terbawa arus kegarangan.

Semua kembali seperti kemarin. Matahari tetap sama, awan yang menggantung pun masih itu juga. Tak ada yang verubah di mataku. Tapi, tunggu sejenak! Ada kicauan burung. Tak biasanya. Dan siapakah pemilik suara merdu di balik tembok kamarku? Merdu sekali hingga suara burung perkicau itu seolah – olah tak terdengar lagi karenanya. Bergegas langkahku mencarinya. Tapi tak ada lagi suara. Pemiliknya pun tak nampak.

Kicauan itu kembali lagi, tanpanya. Burung pekicau itu nyata. Ia bermain dengan bunga – bunga di depan teras.

Cukup sudah. Cukup sudah. Aku ingin kembali lagi. Kini peraku berganti. Mengantarkan madu pada sari, agar tumbuh bunga baru.

Cukup sudah. Cukup sudah. Aku berkicau menghibur pagi.

Alam berkhidmat

Diposting oleh Samsurijal di beranda

Sang surya
menampakkan wajahnya yang sinis.
Bumi berusaha sembunyi
dari tatapannya yang tajam

Sang hujan mengambil peran
turut membantu sang bumi.
Angin menari
menyambut kedatangannya

Gema gemuruh
menggelegar di udara
membuat suasana kian meriah.
burung - burung berkicau
mengembangkan kewajibannya
menghibur suasana.

Samudra, sahabat sang bumi
menyambut kedatangan sang hujan
tamu istimewanya.


Catatan Rindu

Diposting oleh Samsurijal di beranda

Ini bukan rindu yang ingin mati
di tengah padang tempat menanti
seorang kekasih pujaan hati

Tiga puluh enam sudah purnama menghampiri
menawarkan seribu janji
hanya padamu ku menepi
walau sisimu nelum tergapai

Aku rindu sejak pertama kali itu
saat kita masih lugu
tiga puluh enam purnama lalu

Kini aku rindu, lagi
melewati purnama yang silih berganti
dirimu terbawa mimpi
semenjak tanganmu menjabat hati

Aku Masih

Diposting oleh Samsurijal di beranda

"Maaf aku masih sayang"
ku katakan padamu
lewat pesan singkat
sebelum lelap menutup mata

"Hal seperti itu
tak perlu dimaafkan.
Siapa yang bisa
menyalahkan perasaan?
Tidak seorangpun".
Jawabmu, lewat pesan singkat
sebelum lelap menutup mata

Aku harus seperti apa?
dirimu tak ingin menentukan
takut tak baik menurutku
dirimu pun ragu dengan jalanmu.
Tapi aku ingin
ada goresan di tanganku, olehmu
tetap sayang
dan cinta

Betapa pun dirimu
selalu mengatakan tidak lagi.
Itu tak menghalagi inginku
meruntuhkan harapku
tetap sayang
dan cinta

Tidak ada komentar:

Posting Komentar